3 Faktor Penghambat Pedrosa Juara Dunia MotoGP

loading...

Haloo sobat media2give^^ Kali ini Saya akan berbagi informasi menarik tentang dunia balap MotoGP,lebih tepatnya seputar 3 Faktor Penghambat Pedrosa Juara Dunia MotoGP.Pedrosa bukanlah pembalap sembarangan.Dia adalah pembalap yang selalu jadi andalan Honda Repsol dalam kurun waktu yang lama.Pedrosa sukses meraih gelar juara dunia di kelas 125cc (2003) dan 250cc (2004-2005).

Namun peruntungan Pedrosa di kelas MotoGP rupanya tak semanis di level 125cc dan 250cc.Musim demi musim Pedrosa terus mencoba mendapatkan mimpinya,titel Championship MotoGP yang dia idam-idamkan.Nasib mungkin tak berpihak bagi Pedrosa.Usaha kerasnya belum membuahkan hasil hingga usianya sekarang yang menginjak 31 tahun.Pedrosa kehilangan momen berharga di saat seharunya dia punya kans besar untuk juara dunia.

Tahun 2007,2010 dan 2012 mestinya dapat di maksimalkan,karena tahun-tahun itulah Pedrosa duduk di posisi 2 pada akhir musim.Apalagi musim kompetisi 2012.Kala itu Pedrosa tak punya banyak lawan berarti.Rossi struggle di Ducati dan Stoner tidak punya motivasi tinggi membalap karena tengah memikirkan pensiun.Otomatis tinggal Lorenzo saja lawan beratnya.Pedrosa sebetulnya sudah mampu menang 7 kali dalam semusim.Sedangkan Lorenzo menang 6 kali.

Mereka sama-sama gagal menyentuh garis finish 2 kali.Namun ternyata yang keluar jadi juara dunianya adalah Lorenzo.Penyebabnya,hampir di semua race,Lorenzo selalu finish di posisi 1 atau 2.Sementara Pedrosa pernah 4 kali posisi 3 dan 1 kali posisi 4.Selisih point keduanya cuma 18.Tidak ada tahun terbaik dan paling tepat selain 2012 bagi Pedrosa untuk juara dunia.Sebab hanya di musim inilah dia bisa menang hingga 7 kali.

 

Lambat laun Rider baru bermunculan,membuat Pedrosa kesulitan bertahan menghadapi persaingan.Sampai tahun ini,Pedrosa telah turun dalam 283 kali balapan dengan 54 kemenangan,153 podium,49 kali Pole Position,64 kali Fastest Lap dan mengumpulkan 4074 poin.Mungkin banyak yang bertanya-tanya,apa yang kurang dari seorang Dani Pedrosa? Rider lain di eranya banyak yang sudah merasakan titel itu.

Nicky Hayden,Valentino Rossi,Jorge Lorenzo,Casey Stoner,Marc Marquez,semua sudah mampu juara dunia.Kenapa Pedrosa tidak? Padahal dia selalu di dukung HRC dan mendapat motor terbaik dari tim paling mapan secara finansial dan teknologi di MotoGP.Ternyata ada 3 faktor yang penyebab Pedrosa gagal juara dunia MotoGP.

3 Faktor Penghambat Pedrosa Juara Dunia MotoGP

1. Sering Cedera & Absen Race

Cedera menjadi awan mendung dalam karir Dani Pedrosa.Seperti olahragawan lain,bukan lawan kuat yang laing ditakuti,tapi cedera berkepanjangan.Karena cedera akan mengganggu performa fisik yang berdampak pada hasil lomba yang kurang maksimal.Sepanjang karir,Pedrosa sudah 22 kali cedera dari semua kelas yang dia ikuti.Cedera pertama dia rasakan di GP Phillip Island 2003.

Dan pada gelaran balap di Laguna Seca 2008,Pedrosa kembali menderita karena cedera usai jatuh keras dari motor.Dari periode 2010-2011,Pedrosa hampir selalu absen dalam 3-4 race.Alhasil peluang mencari gelar sirna.Pedrosa pernah juga mengalami cedera Arm Pump yang sangat mengganggu penampilannya di musim 2015.Otot-otot di lengannya mengalami hipertrofi,membuatnya kelelahan setelah balapan di Qatar.

Pedrosa absen di 3 race (Austin,Argentina dan Jerez).Kejadian serupa kembali terulang di 2016 dimana Pedrosa tidak tampil pada 3 balapan (Motegi,Phillip Island dan Sepang).Sebaik apapun skills Rider,jika sering tidak ikut balap,pasti akan kehilangan banyak poin.Dan itu terjadi pada diri seorang Dani Pedrosa.

“Pedrosa sering cedera di waktu yang salah,di tahun ketika dia memenangkan banyak balapan dan berjuang untuk gelar.Saya tidak yakin apakah dia lebih mudah cedera dari pembalap lain,kata Mike Leitner,mantan Chief Crew Pedrosa.”

2. Tidak Konsisten Saat Balap

Pedrosa ahli dalam melesat kedepan saat start dimulai.Kemampuan yang sama dengan yang dimiliki Lorenzo.Jika Pedrosa bisa menjauh dari kejaran Rider di belakangnya,dia akan bertambah kencang dan “ngacir” sendirian di depan.Dulu Pedrosa tidak terlalu banyak menang duel Head to Head.Tapi sekarang dia sudah berubah.Bukan cuma ngotot,tapi juga agresif.

GP Aragon 2015,Pedrosa menunjukkan sisi agresifnya,melawan Rossi dengan keras.Rossi dibuat tak berdaya meladeni agresifnya Pedrosa.3 kali absen race membuatnya selalu Push motor habis-habisan.2 dari 4 sirkuit terakhir (Motegi dan Sepang) Pedrosa bisa menang,termasuk di GP Valencia 2015.Kalau sedang On fire,Pedrosa bisa memangkas jarak lebih dari 7 detik.

baca : Aksi Fantastis Dani Pedrosa Pangkas Gap 7 Detik

Sayangnya dia kadang kurang stabil dengan Pace.Pedrosa biasanya panas di paruh lap akhir jika dia tidak bisa memimpin sejak awal race.Dia juga tipe “Rider Moody”.Artinya jika tidak dapat Feel yang bagus dengan motor,Pedrosa tidak mau berusaha lebih.Dia akan menang jika settingan motornya pas 100%.

3. Postur Tubuh Kecil

Dari segi fisik,memang Pedrosa tidak termasuk pembalap dengan postur ideal yang tinggi seperti Rossi atau Iannone.Pedrosa memiliki tinggi badan 160 cm dan berat 51 kg.Kondisi ini bagaikan 2 sisi mata uang,dimana di satu sisi memberikan banyak keuntungan,tapi di sisi lain justru membuat Pedrosa kurang kompetitif.Karena tubuhnya relatif lebih ringan dari Rider lain,otomatis ban motor Pedrosa pun lebih tahan lama/tidak cepat aus saat balap.

Keuntungan

Di trek dengan suhu aspal panas,Pedrosa mampu menghemat ban lebih baik ketimbang kompetitor lain.Misalnya saja di Jerez yang suhunya 41 celcius dan Misano 43 celcius.Di trek itu ban depan adalah yang cepat habis karena banyak tikungan dengan pengereman keras.Hampir semua Rider memilih kompon Hard untuk Front Tyre dan Rear Tyre.Hanya Pedrosa yang berani memakai ban Medium untuk Rear Tyre.

Kompon ban yang keras butuh waktu lama mendapat suhu ideal,sedangkan yang lebih lunak,cepat mendapat Grip dalam beberapa lap saja.Kenapa tidak ada yang berani menggunakan ban belakang Medium? Karena para Rider selain Pedrosa tidak yakin ban Medium bisa bertahan sampai finish.Dengan ban belakang Medium,Pedrosa leluasa membuka gap karena punya Grip yang kuat di belakang.

Marquez yang berencana menyerang di akhir,tak mampu mengejar gap yang dibuat Pedrosa,karena Pedrosa pandai menghemat bannya.Ini di tunjang karena postur tubuh kecilnya yang memberikan tekanan lebih sedikit ke ban dibanding pembalap lain yang tinggi badannya/lebih berat.Rider berpostur kecil biasanya lincah dalam bermanuver di tikungan dan bisa lebih gesit saat memindahkan posisi tubuh di tikungan.Alhasil Pedrosa memenangkan balapan tanpa terkejar.

Kerugian

Tak selamanya jadi pembalap bertubuh kecil itu menyenangkan.Sebab,ada kalanya masalah timbul gara-gara postur ini.Saat pertama mencoba RC211V tahun 2006,Pedrosa mengeluh karena tenaganya terkuras habis untuk mengimbangi beban motor sepanjang balapan.Barulah saat Honda mengembangkan RC212V Pedrosa merasa nyaman.RC212V lebih kecil dari RC211V.

Karakteristik handlingnya juga menyerupai motornya di kelas 250cc.Meski begitu fisik Pedrosa tetap lebih menguntungkan di kategori rendah daripada level MotoGP.Terbukti,Pedrosa sudah 3 kali juara dunia di kelas 125cc dan 250cc,tapi tidak pernah juara dunia di MotoGP.Kapasitas mesin di MotoGP mencapai 1000cc dan itu adalah problem untuk Pedrosa.

MotoGP bukan hanya 3-5 putaran saja,tapi lebih dari 20 putaran,sehingga membutuhkan fisik yang kuat agar bertahan sampai finish.Kekuatan fisik Pedrosa tidak terlalu mendukung untuk balap MotoGP.Jika dia sedang tidak fit,akan terlihat jelas fluktuasi Pace-nya dari lap ke lap yang tidak stabil.

“Motor untuk MotoGP ini terlalu besar untuk Saya.Ibarat tinju kelas berat,padahal Anda masih ada di kelas menengah/ringan.10 tahun lalu tak ada yang mengira Saya bisa masuk MotoGP.Saya harus melakukannya dengan teknik,bukan kekuatan,kata Pedrosa.”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*