5 Alasan Ducati Lebih Pilih Dovizioso Ketimbang Iannone

loading...

Haloo sobat media2give^^ Kali ini Saya akan mengulas informasi menarik tentang 5 Alasan Ducati Lebih Memilih Dovizioso Ketimbang Iannone.Selepas Stoner pindah ke Honda,datanglah Andrea Dovizioso di tahun 2013.Namun Dovizioso tidak datang di saat yang tepat.Ducati sepeninggalan Stoner tak sama lagi dengan GP7.Banyak kendala dan masalah yang harus di hadapi.Akhirnya Dovizioso merasakan pahit getirnya “Darkness Period” di Ducati karena cuma bisa berada di urutan 8 klasemen akhir musim 2013.

Kesabaran Dovizioso di uji,hingga cahaya terang mulai terlihat saat Ducati menunjuk Luigi Dall’Igna sebagai General Manager baru Ducati Corse.GP 14.2 adalah bukti perubahan yang di bawa Dall Igna,setelah bertahun-tahun berkecimpung dalam pekerjaannya (mekanik motor).Tahun 2015 Andrea Iannone resmi bergabung dengan Ducati.Dovizioso pun memiliki pesaing ketat yang mesti dia kalahkan,si Maniac Joe (Iannone).

Iannone lebih beruntung,meski Ducati tengah berusaha kembali ke performa puncak,tapi di awal musim Iannone,dia sudah di dukung oleh perubahan besar pada motor yang berasal dari ide Dall Igna,termasuk terobosan Winglet yang berguna menambah efek Downforce.Alhasil,Iannone mampu menyelesaikan kompetisi di urutan 5,lebih tinggi 2 strip diatas Dovizioso yang ada di posisi 7 klasemen akhir.

Gaya balap Iannone yang agresif di gadang-gadang bakalan jadi senjata pamungkas Ducati.Dovizioso pun seperti berada di bawah bayang-bayang Iannone yang selalu di elu-elukan publik Italy.Di musim 2016 Ducati berencana merekrut Jorge Lorenzo dari Yamaha.Ducati mendapat angin segar kala tau bahwa situasi Rossi dan Lorenzo sedang panas.Ketika Lorenzo menerima tawaran Ducati,manajemen Ducati harus menentukan siapa pembalap yang harus hengkang,apakah Dovizioso atau Iannone.

Awal Mei 2016 Dovizioso menanti cemas keputusan Ducati.Usianya yang sudah menginjak kepala 3 dan pencapaian karirnya di MotoGP selama 9 tahun dengan cuma pernah sekali menang di GP Donington Park 2009 adalah faktor yang di khawatirkan Dovizioso karena bisa saja dia yang di depak dari Ducati.Dovizioso pasrah jika kelak akhirnya Ducati memilih Rider muda berbakat sekaligus TeamMate-nya,Iannone.

Pertengahan Mei keputusan pun keluar.Kabar gembira bagi Dovizioso karena ternyata Ducati memilih mempertahankannya dan memperpanjang kontrak untuk durasi 2 tahun.Agresivitas dan usia nampaknya bukanlah menjadi pertimbangan utama Ducati.Namun konsistensi dan daya juanglah yang menyebabkan pilihan Ducati jatuh pada Dovizioso ketimbang Iannone.Ada beberapa faktor utama kenapa Ducati memilih Dovizioso.

Faktor Penyebab Ducati Pilih Dovizioso

1. Insiden GP Argentina 2016

Balapan di GP Argentina menyisakan peristiwa miris ketika insiden kelabu mewarnai kegagalan duo Ducati mendapatkan podium.Setelah pada awal race Iannone sudah lebih dulu menyenggol Marquez,di akhir balapan dia kembali berulah.Memasuki tikungan terakhir Last Lap,Iannone berambisi merebut posisi 2 dari Dovizioso.

Karena terlalu memaksa menyalip,motor Iannone kehilangan kendali akibat masuk terlalu kencang di tikungan.Iannone Crash dan turut menyeret Dovizioso keluar lintasan.Iannone di kenakan penalti 1 poin dan sanksi pengurangan posisi start dengan mundur sebanyak 3 grid untuk race selanjutnya.Pemandangan kontras terlihat saat kedua rider itu jatuh.

Iannone tidak mau melanjutkan balapan karena motornya rusak.Dia memilih duduk di kursi dan mengecek kondisi fisiknya pasca Crash.Lain halnya dengan Dovizioso.Walaupun mesin motornya mati,Dovizioso sekuat tenaga mendorong motornya hingga garis finish.Dovizioso pun berhak atas 3 poin hasil perjuangannya menyelesaikan balapan di urutan 13.

Itu adalah posisi terakhir,sebab ada 8 dari 21 rider yang tidak bisa finish di GP Argentina.Dovizioso masih berusaha mengumpulkan poin,sekalipun cuma sedikit.Padahal Iannone sudah menyerah karena tau motornya tidak bisa menyala.Perbedaan sifat Dovizioso dan Iannone ini yang mempengaruhi keputusan Ducati menentukan akan mendepak siapa.

2. Dovizioso Berjiwa Besar

Dovizioso dikenal sebagai pembalap yang kalem dan tidak suka neko-neko.Mungkin banyak rider muda yang suka meniru-niru gaya Rossi,tapi Dovizioso tidak melakukan itu.Dia lebih suka menjadi dirinya sendiri.Pribadinya mampu menjadi contoh yang baik bagi pembalap lain.Dovizioso adalah tipe pembalap yang cerdik dan tau cara membalap yang efektif.

Seperti menjaga tingkat keausan ban dan menyerang di titik yang tepat untuk mengalahkan lawan.Kerasnya balapan sempat membawa masalah pada Dovizioso.Berkali-kali dia jatuh,bukan karena kesalahannya sendiri,tapi justru di sebabkan oleh kesalahan pembalap lain yang menabrak motornya hingga Crash.Ada 3 kejadian dimana Dovizioso menjadi korban agresivitas pembalap lain.

GP Argentina 2016 – Ditabrak Iannone

Iannone mengakui kesalahannya pada Dovizioso dan meminta maaf atas insiden yang melibatkan keduanya.Ducati sangat menyesal dengan perilaku Iannone yang ceroboh.Sebetulnya tanpa nekat mengovertake Dovizioso pun,Iannone masih bisa merasakan podium ke 3.Sayang,sifat bawaan Iannone yang sering Over Confidence menghasilkan bencana besar bagi timnya.Posisi ke 2 akhirnya di rebut Rossi yang sebenarnya mengalami banyak problem pada motornya.

Rossi yang ganti motor,mendapat settingan motor pengganti yang kurang pas.Sulit berbelok membuatnya di lewati Dovizioso dan Iannone.Tapi berkat aksi Iannone menabrak Dovizioso,Rossi jadi bisa meraih podium ke 2.Begitu juga Pedrosa,malahan mampu masuk ke podium 3.Namun Dovizioso tetap memaafkan kesalahan Iannone.Dia tidak ingin hubungannya dengan Iannone rusak hanya karena insiden.

GP Austria 2016 – Ditabrak Pedrosa

Apes buat Dovizioso belum terhenti setelah di senggol jatuh Iannone.Pada race berikutnya di GP Austria,lagi-lagi Dovizioso dibuat jatuh tak berdaya.Kali ini giliran Pedrosa yang merusak perjuangan Dovizioso di lintasan.Saat balapan menyisakan 15 Lap,Pedrosa mencoba melakukan Hard Brake.Namun ban depan motornya malah terkunci dan tidak bisa di kendalikan.Pedrosa tersungkur dan menabrak Dovizioso di sampingnya.

“Bagian depan motor Saya terkunci.Saya sudah merasakan itu sebelumnya,tapi di Lap selanjutnya semakin terasa,lalu Saya hilang kendali,kata Pedrosa.”

Merasa bersalah,seusai Crash Pedrosa langsung menghampiri Dovizioso untuk minta maaf dan menanyakan kondisinya.Dovizioso menyadari bahwa dalam balapan kejadian semacam itu bisa kapanpun muncul.

Dia tau Pedrosa tidak sengaja melakukannya,jadi Dovizioso dengan berbesar hati memaafkan Pedrosa.Pedrosa sendiri sampai 2 kali minta maaf,setelah di pinggir trek dia mengulang minta maaf lagi dengan mendatangi Paddock Dovizioso.

GP Argentina 2017 – Ditabrak Espargaro

De javu,mungkin itulah kata yang tepat mengungkapkan apa yang menimpa Dovizioso.Di GP Argentina 2017,mimpi buruk tahun lalu terulang.Dovizioso Crash setelah di tabrak Aleix Espargaro.Dovizioso sedang berjuang keras naik posisi karena start dari urutan 13.Ketika balapan menyisakan 10 Lap lagi,Danilo Petrucci yang sedang di depan Dovizioso mendadak mengerem keras.

Dovizioso mencoba menghindar dan melebarkan motornya ke sisi luar tikungan.Melihat ada celah terbuka,Aleix masuk dengan cepat.Sayang,terlambat mengerem membuat motornya kehilangan grip dan jatuh.Akhirnya Dovizioso terkena imbasnya karena motor Aprilia Aleix ikut menyambarnya.

Setelah keduanya Crash,Espargaro cepat-cepat mendekati Dovizioso dan memeluknya sambil meminta maaf.Dengan menunjukkan kebesaran jiwa,Dovizioso menerima permintaan maaf Aleix.Insiden berakhir tanpa adanya konflik.

3. Dovizioso Sosok Pekerja Keras

Sejak tidak ada Stoner,Dovizioso lah yang banyak berperan untuk pengembangan motor Ducati.Dia tetap setia bertahan melawan semua masalah yang menimpa Ducati.Rider Ducati lain memilih pergi karena tidak menemukan harapan cerah bersama Pabrikan Italy ini.

Tapi Dovizioso tidak,dia dengan sekuat tenaga berusaha memahami apa yang menjadi masalah besar motornya.Kedatangan Dall Igna membawa secercah asa sehingga Dovizioso yakin Ducati bisa sembuh dari penyakitnya.Dia tau Ducati berada di jalur yang benar dan di tangan Dall Igna Dovizioso menaruh harapan besar.4 tahun jatuh bangun sudah di rasakan Dovizioso bersama Ducati.

Ketika Demosedici makin mendekati sempurna dengan perbaikan disana sini,cobaan datang menghampiri Dovizioso.Sirkuit Red Bull Ring menjadi saksi rekor baru yang di torehkan Iannone,dimana dia mampu menyumbangkan kemenangan perdana setelah sekian lama tak menikmati kemenangan sejak terakhir di dapat Stoner di Phillip Island 2010.

Kemenangan Iannone makin melegitimasi,seolah menunjukkan pilihan Ducati pada Dovizioso salah.Tapi Dovizioso tak peduli dengan semua tekanan itu.Akhirnya yang di nanti datang saat Dovizioso bisa meraih kemenangan pertamanya pada GP Sepang 2016.Disitulah titik balik yang membuka mata publik bahwa kemampuan Dovizioso tidak dibawah Iannone.

“YOU CAN LOSE EVEN IF YOU WORK HARD
BUT YOU CAN NEVER WIN IF YOU DON’T WORK HARD”

4. Menjaga Suasana Kondusif Internal

Ducati punya kesamaan dengan kubu Honda soal mencari duet pembalap.Ducati dan Honda menyukai kombinasi pembalap dengan karakter berbeda,dimana satu Rider agresif dan satunya lagi kalem.Tengok saja di Honda,ada Pedrosa yang tak pernah tergantikan sekalipun belum pernah juara dunia.

Kenapa? Pedrosa tidak banyak menuntut,persis seperti Dovizioso.Sehingga jika rekannya punya sifat lebih agresif,tidak akan sampai muncul intrik berkepanjangan.Lihat yang terjadi di Yamaha,kenapa selalu muncul konflik antara Rossi dan Lorenzo?

Karena keduanya punya karakter kuat dan agresif.Tidak akan ada yang mau mengalah dan itu bisa menimbulkan perpecahan.Ketika Lorenzo datang ke Ducati,sebenarnya sudah ada gambaran besar tentang masa depan Dovizioso.

Melihat kepribadian Iannone yang cenderung galak di lintasan dan emosional,akan tidak mudah jika menduetkannya dengan Lorenzo.Sehingga Dovizioso yang kemudian jadi pilihan utama Ducati.Jika Lorenzo dan Dovizioso dalam satu tim,sangat kecil kemungkinan mereka berkonflik dibandingkan bila Iannone dan Lorenzo dalam 1 kubu yang sama.

5. Konsistensi Dovizioso Lebih Tinggi

Dalam upaya mengembalikan kejayaan,Ducati butuh pembalap yang mampu memberikan banyak masukan dan data.Selain itu agar bisa bersaing untuk melawan konstruktor lain,Ducati juga perlu mendulang sebanyak mungkin poin dari pembalapnya.Hasil tahun 2016 menjadi salah satu acuan dan pertimbangan Ducati.

Dovizioso memberikan 171 poin bagi Ducati.Sedangkan Iannone hanya bisa memberikan 112 poin.Perbedaan yang jauh ini di sebabkan karena Iannone lebih sering Crash dibanding Dovizioso.Tercatat,Iannone 6 kali Crash,di tambah dengan 4 kali absen akibat cedera tulang belakang.

Sementara Dovizioso,dia 5 kali tidak finish,2 di antaranya karena di tabrak dan sisanya akibat masalah motor.Artinya Iannone kurang bijak dalam mengendalikan emosinya.Perolehan poin itu menunjukkan bahwa konsistensi Dovizioso lebih terjaga dari Iannone yang sering membuat blunder di momen krusial.

Untuk urusan prestasi,sebetulnya mereka berdua itu berimbang.Dovizioso mendapat 5 podium dan 1 kemenangan.Sedangkan Iannone dengan 1 kali menang dan 4 podium.Namun karena konsistensi itu di anggap penting oleh Ducati,akhirnya Dovizioso yang di pilih untuk bertahan serta mendampingi Lorenzo untuk musim berikutnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*