
Haloo sobat media2give^^ Kali ini Saya akan sharing informasi unik tentang Valentino Rossi.Masih ingat dengan kebersamaan The Doctor dan Ducati? Apa Yang Valentino Rossi Pelajari Dari Ducati? Pertanyaan ini seakan mengulik kisah masa lalu yang kelam dari seorang Rossi,rider yang paling terkenal di MotoGP.Jika kalian suka nonton MotoGP,pastinya tidak akan lupa dengan perjalanan karir Rossi di tahun 2011.Yap,setelah musim kompetisi 2010 berakhir,Rossi mengumumkan kepindahannya ke Ducati Team.
Rossi pindah bukan karena ada masalah di Yamaha,tapi karena terbelsit dalam keinginannya untuk mencoba tantangan baru.Di era 2001-2003 Rossi sebenarnya sudah bisa juara dunia dengan Honda,lalu dia beralih tim ke Yamaha dengan alasan yang sama seperti kepindahannya menuju Ducati.Rossi berharap mampu membuat rekor baru,juara dunia dengan 3 pabrikan berbeda.Ducati dipilih jadi tempat pelabuhan Vale karena kedekatannya dengan Italy.
Maklum saja,Ducati adalah motor produk Italy dan bermarkas di Borgo Panigale, Bologna.Jika Rossi juara dunia bersama Ducati,artinya dia menorehkan pencapaian luar biasa.Namun ceritanya tak sesuai dengan prediksi Rossi.Di Ducati Rossi kepayahan bersaing dengan kompetitor dan rivalnya.Rossi sudah merasa ada yang tidak beres dengan Ducati sejak melakukan tes pramusim dan ternyata mengendarai Ducati itu tidak mudah.
Di musim pertamanya,Rossi hanya duduk di urutan 7 klasemen dan cuma naik podium sekali di peringkat ke 3.Rossi dan mekaniknya,Jeremy Burgess sudah mencoba berbagai cara agar Ducati bisa enak dibawa Rossi membalap sesuai Riding Style-nya.Ducati yang di pakai Rossi tidak bisa mengeluarkan potensinya karena cara Rossi mengemudi tidak sama seperti penjinak Ducati,Casey Stoner.Masalah utama Ducati tetaplah sama.Motor ini sering Understeer alias susah belok karena ban depan terkunci saat melakukan pengereman keras.
Sektor depan motor tak punya cukup tekanan,di tambah lagi desain sasis Ducati yang tidak bisa mengimbangi power besarnya,membuat Ducati sulit di kendalikan.Selain itu problem Wheelie/ban terangkat saat akselerasi keluar tikungan juga menghantui Ducati.Apesnya lagi,di trek lurus Ducati malah melempem akibat aturan baru yang membatasi RPM sehingga pada Ducati hanya dapat mencapai 16.300 RPM saja,padahal saat di pakai Stoner (2007),Desmosedici mampu menembus 18.000 RPM di Straight.
Rossi sudah memberi masukan tentang apa yang perlu di rubah.Tapi pihak Ducati tetap bertahan pada filosofinya bahwa Ducati adalah motor Powerfull.Mesin tidak boleh di utak-atik dan pembalap lah yang mesti menyesuaikan diri dengan motor.Petinggi Ducati percaya dengan berbagai pertimbangan yang mereka punya bahwa motor sudah bagus dan percaya pada keajaiban “semua akan baik-baik saja di race berikutnya.”
Akibatnya Rossi dan mekaniknya tidak bisa bekerja sesuai metode yang biasa digunakan bertahun-tahun.Rossi gagal merubah mental kerja Ducati.Sekeras apapun berusaha,situasi tak banyak berubah.Sepanjang minggu Rossi mendapati hasil-hasil buruk ketika membalap.Rossi sangat kecewa,tapi dia selalu yakin kemungkinan segalanya jadi baik tetap ada.Ducati membutuhkan reformasi manajemen agar bisa membangun motor yang siap bersaing.
Musim 2012 Rossi akhirnya menyerah untuk merombak Ducati menjadi motor juara layaknya Yamaha YZR-M1 2004.Di saat kompetisi masih menyisakan 8 seri lagi,Rossi memutuskan kembali ke Yamaha yang di tinggalkan dulu.Di Ducati Rossi tak mendapat banyak pelajaran berharga karena caranya mengubah Ducati ke arah yang benar tidak di dukung penuh.
Rossi hanya mengambil pengalaman penting bahwa pembalap juga manusia yang tidak bisa menang dengan mengandalkan kemampuannya saja tanpa motor penunjang yang performanya baik.Berpikir matang-matang sebelum pindah haluan adalah hikmah yang bisa di petik dari kejadian yang menimpa Rossi di Ducati.Kombinasi karakter motor dan gaya balap pembalap harus klop untuk bisa memenangkan banyak race.Itu yang tidak bisa di wujudkan Rossi bersama Ducati.
Meski begitu,pendekatan yang dilakukan Rossi pada Ducati masih lebih bagus ketimbang Lorenzo.Data statisik menunjukkan bahwa prestasi Rossi lebih OK dibandingkan Lorenzo saat menggeber Ducati.Untuk membuktikannya,mari kita lihat analisa berikut ini.Ini adalah perbandingan data Rossi (2011) Vs Lorenzo (2017) dalam paruh musim perdananya membalap dengan Ducati.
Jika di perhatikan,penampilan Lorenzo tidak konsisten.Lorenzo mencatat 5 kali finish di urutan yang lebih rendah dari posisinya di Grid Start + 1 kali DNF (Do Not Finish).Peningkatan hasil yang nyata pada Lorenzo terjadi di GP Jerez dimana Jorge berhasil naik podium dan di GP Assen yang mampu selesai balapan di urutan ke 4 setelah start dari posisi 21.Total point yang di kumpulkan Rossi sebanyak 98 point,sementara Lorenzo cuma mengoleksi 60 point dari 9 seri yang bergulir.Rossi progressnya lebih positif walaupun belum signifikan.
Bila di hitung selisih hasil yang meningkat dan yang menurun di tiap balapan,maka Rossi menghasilkan progress sebesar 41 level.Lorenzo sendiri memperoleh peningkatan 32 level dan penurunan 35 level sehingga justu -3 (Regress).Artinya Rossi lebih bisa naik Ducati dengan penuh masalah di bandingkan Lorenzo yang menggunakan Ducati sekarang.Jika saja Ducati tidak alot dalam menetapkan onsep dan filosofi,mungkin saja Rossi akan tetap di Ducati.Apalagi bila ada Dall Igna di dalamnya,sang revolusioner baru Ducati.
Leave a Reply