Profesi Mulia Sebagai Tukang Pijat

loading...
Profesi Mulia Sebagai Tukang Pijat
Sobat Media2give,mari sejenak kita tinggalkan hingar bingar kehidupan metropolis yang selalu kita lihat setiap hari karena saya akan mengajak kalian semua untuk melihat kehidupan di sebuah kampung kecil di daerah bogor,lebih tepatnya kampung katineung.Di tempat ini,mayotitas penduduknya terutama para pria berprofesi sebagai tukang urut.Ya,sebuah profesi yang jarang disukai orang dan terkadang dipandang sebelah mata.Umumnya mereka yang menjadi tukang pijat di desa itu berumur muda,sekitar 20an tahun.

Mereka mewarisi keahlian memijit secara turun temurun dari keluarga.Sepertinya keahlian memijit sudah menjadi warisan di desa itu.Sebenarnya,jauh sebelum banyak tukang pijat disitu,masyarakatnya bekerja seperti layaknya orang-orang di desa lain.Bertani dan berkebun sudah biasa mereka jalani dulu.Keputusan untuk beralih profesi menjadi tukang pijat disebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat yang lemah.

Jika bertani,mereka harus menunggu waktu yang lumayan lama sampai tiba masa panen,sedangkan jika berkebun,tanaman yang biasa ditanam disana masa petiknya lebih lama lagi dari bertani yaitu sekitar 4-5 tahun.Kondisi tanah dan lahan yang tidak menguntungkan terkadang menyulitkan para kepala keluarga disana untuk mencari nafkah padahal kebutuhan keluarga kian hari kian banyak,dan harga kebutuhan pokok terus meningkat.

 

Masalah ini mulai berkurang ketika ada beberapa orang warga yang mencoba peruntungan menjadi tukang pijat.Awalnya,memang ada keraguan tentang nasib mereka jika menjadi seorang tukang pijat,tapi faktanya justru rezeki lebih mudah di dapat.Dalam sehari mereka rata-rata bisa memijat 3-5 orang dengan lama pemijatan yang berbeda-beda.Ongkos/tarif yang dikenakan terbilang standar,sepuluh ribu rupiah untuk pemijatan selama 15 menit,dua puluh ribu untuk 30 menit dan empat puluh ribu rupiah untuk satu jam.

Lewat profesi itu juga mereka bisa menyambung kehidupan dan tetap bisa membuat dapur mengepul.Menurut warga di sana,menjalani profesi sebagai tukang pijat lebih enak,begitu selesai memijat uang langsung dibayar,lain halnya dengan bertani yang menunggu hasil panennya saja lama.


Yang uniknya lagi,kondisi ekonomi para tukang pijat ini terbilang bagus,mereka punya rumah yang bagus,kendaraan dan anak-anaknya tidak ada yang cuma lulusan SMP.Hampir semuanya sampai jenjang kuliah,kalaupun tidak..minimal sampai lulus SMA/SMK.Desa tersebut kemudian dikenal dengan sebutan “desa tukang urut”.

Nah,kalau kita berkaca dari kondisi di daerah itu,ada hikmah berharga yang bisa dipetik,yaitu pekerjaan apapun yang kita jalani hendaknya dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati.Rezeki itu sudah ada yang mengatur,tinggal kita pribadi saja yang harus berusaha keras mengambilnya.Tak masalah apapun profesinya,selagi itu halal dan bisa untuk mencukupi kebutuhan kenapa tidak? Lakukan semuanya dengan hati yang tulus^^

8 Comments

  1. apapun kerjaannya yang penting halal ya mas…daripada meminta-minta dan lebih parahnya lagi mencuri…
    menjadi tukang pijit, penarik becak, dll pun pastinya menjadi pekerjaan yang sangat mulia dimata Allah

  2. Jadi ingat tukang becak yg mengeluh pendapatannya yg tidak cukup utk keluarganya akhirnya oleh kakakku disarankan nyambi pelihara ikan cupang dan ternyata hasilnya melimpah laku keras hingga bisa membiayai kuliah anaknya jadi seneng banget kalo ketemu dijalan bisa saja gratis naik becaknya hehe..

  3. menjadi tukang becak bisa dpt penghasilan tiap hari sedangkan pembiakan ikan cupang nunggu masa panen jadi ngayuh becak sekalian nunggu panen shg asap dapur tetap mengepul tiap hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*