Tukang Cukur Tradisional Kini Jadi Profesi Langka

loading...
Tukang Cukur Tradisional Kini Jadi Profesi Langka
Haloo sobat media2give semua,jumpa lagi nih dengan kalian di posting ini hehe… Kali ini saya mau membahas tentang tukang cukur tradisional.Beberapa hari yang lalu ketika sedang jalan-jalan seperti biasa saya melewati sebuah tempat di dekat sungai.Hari itu saya sengaja lewat situ karena jalan utama yang sering saya lewati lagi di perbaiki.Tak sengaja waktu melihat sekeliling saya melihat sebuah tempat/rumah kecil yang tidak terlalu bagus.

Disitu,duduk seorang laki-laki berusia (udah kakek kakek) lanjut sedang diam dan kelihatannya menunggu seseorang.Karena perut lapar,saya pun berhenti sejenak mencari warung makan yang terdekat.Kebetulan di dekat tempat itu ada warung makan,saya pun langsung munuju ke sana.

Letaknya tepat di seberang rumah kakek tadi.Sambil makan,mata saya masih tertuju ke tempat kakek tadi,entah kenapa saya merasa ada memori yang pernah saya alami jika melihat rumah kecil itu.Sejenak saya amati,rupanya rumah kecil itu adalah tempat cukur.

Nggak ada tulisannya dari luar,tapi dari cermin yang dipasang ditembok dan peralatan seperti gunting dan sisir,bisa dipastikan kalau benar itu memang tempat potong rambut.Gara-gara kejadian itu saya malah ingat masa kecil tahun 90an dulu,dimana saya sering di cukur.Tukang cukurnya biasanya emang udah tua umurnya.Alat-alat cukurnya juga masih tradisional seperti gunting ataupun pisau cukur dan alat buat kerik rambut
Gunting rambut tradisional
Pisau cukur tradisional
Alat kerik rambut tradisional

Melihat kondisi kakek tadi,saya jadi ikut prihatin.Soalnya setelah lama menunggu,tak juga ada satu pun orang datang untuk bercukur.Mungkin pengaruh perubahan zaman juga berdampak pada profesi tukang cukur juga.Sekarang alat-alat cukur udah banyak modelnya,lebih praktis dan modern.

Sekarang untuk motong rambut ada alat cukur listrik yang mudah digunakan,tinggal colokin ke listrik,hidupin dan di gerakin ke rambut yang mau dipotong,sebentar juga udah selesai..Gunting dipakai untuk menipiskan rambut sementara pisau cukur untuk merapikan bagian ujung rambut yang belum rapi dipotong dengan alat listrik tadi.Malahan yang jadi tukang cukur kebanyakan usianya lebih muda beda dengan tukang cukur tradisional yang semuanya orang tua.
Tukang cukur 
Model rambut era 80an
(ciri khas tukang cukur jaman dulu)
Peralatan cukur

Belum lagi,masih ada potong rambut yang lebih modern lagi,yaitu salon.Kalau salon dulu identik dengan tempat buat potong rambut dan perawatan para wanita,tapi sekarang sudah berkembang.Salon juga bisa untuk potong rambut pria juga.Di papan namanya aja ada tulisan Salon Pria & Wanita.


Tapi beberapa salon,karyawannya ada juga yang agak banci,cowok tapi gemulai.Kalo saya sih agak risih ngeliatnya ya hehe.. Kalau potong rambut di salon memang biayanya agak mahal dibanding cukur di tempat-tempat pinggir jalan yang banyak ditemui saat ini.Sekali cukur tarifnya 7000-10.000 rupiah,itu bukan harga pasti tergantung letak salonnya.Jika ada di kota besar,tentunya biaya potong rambut bisa lebih mahal lagi.

Dari perlatan juga sudah beda,lebih canggih pokoknya dari tukang cukur.Tidak semua cowok suka ke salon,ada juga yang masih malu pergi kesana,dan ada juga yang memang lebih suka cukur di tempat cukur biasa.

Nah balik lagi ke tukang cukur tradional tadi,saya masih heran kenapa kakek tapi masih mau menjadi tukang cukur tradisional,padahal tukang cukur lainnya sudah banyak beralih profesi karena dianggap cukur tradisional sudah nggak jaman,bisa dibilang ketinggalan jaman.Lalu saya mencoba menghampiri kakek tadi dan sedikit ngobrol-ngobrol.

Dari obrolan itu saya jadi tau kenapa kakek tadi masih betah jadi tukang cukur dengan penghasilan yang tak seberapa.Kadang malah nggak cukup untuk hidup sehari-hari.Kakek itu menjelaskan,kalau menjadi tukang cukur itu sudah menjadi tradisi keluarga.Dulunya,ayah kakek itu juga tukang cukur.

Ilmunya di wariskan turun temurun,hingga ke generasi kakek itu.Setelah lama bercakap-cakap,saya akhirnya pergi dari tempat itu.Karena kasihan sama kakek tadi,saya beri aja uang,yah memang tidak banyak tapi semoga bisa meringankan beban ekonomi untuk sehari itu.Saya pun meninggalkan tempat cukur kakek,dan di tengah perjalanan saya jadi sadar akan pelajaran penting tentang hidup,bahwa hidup itu tidak mudah.

Hidup itu adalah apa yang kita jalani,bukan yang kita inginkan.Keteguhan hatilah yang membuat kita jadi kuat meski kondisi tak selamanya menyenangkan.Jaman boleh berganti,tapi kecintaan terhadap sesuatu tak akan luntur begitu saja.Kakek tukang cukur tadi contohnya,meskipun saat ini tidak banyak yang datang di tempatnya lagi,tapi dia menyakini rizki itu sudah diatur,tinggal bagaimana usaha mengambilnya.

8 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*